Laman

Sabtu, 26 September 2015

HIJABKU

Kalau ngomongin soal hijab sih setiap orang pasti punya pemahaman, penafsiran dan pengaplikasian yang berbeda-beda. Memahami begini kemudian ditafsirkan begitu sedemikian rupa sehingga hasil akhirnya adalah halaaahh opo iki.. Baiklah kita tinggalkan bagian yang gak gitu penting ini.

Hijab, mendengar kata ini saya jadi teringat kembali kalau orang Jawa bilang sih flashback ya. Saya teringat kembali proses perjalanan hijab saya selama 13 tahun ini. Wiihh...lama juga ya ternyata. Baru nyadar kaya digaplok pake kalkulator barusan.

Cerita berawal ditahun 2002. Once upon a time there lives a daughter..eehh udah kaya dongeng cinderella. Bukan..bukaaann.. Oke, mulai ya. Waktu itu setelah lulus SMP saya masuk ke salah satu sekolah negeri favorit di kota saya. Saya masuk ke SMA percontohan model Islami. Hmmm.. udah kebayang kan ya? Yang tadinya di SMP penampilan cenderung biasa-biasa aja kadang-kadang juga urakan (tapi jangan bayangin saya bergaya anak funk loohh) dengan rok pendek, tiba-tiba di SMA harus berpenampilan rapi berkerudung pula.

Sejak itu penampilan pun berubah, tapi sayangnya cuma sekedar pemenuhan kewajiban terhadap peraturan sekolah. Di luar itu bisa tebak sendiri dong. Betul, selepas sekolah kerudung melayang. Kesadaran untuk menutup aurat belum ada. Yak, saya termasuk anak-anak labil jaman itu hihihi...
Meskipun begitu ketika memasuki masa-masa kuliah saya tetap memakai kerudung loh ( wiihh sombong wiii...) karena sudah mulai timbul rasa malu. Padahal gak sedikit teman-teman yang selepas SMA lepas juga kerudungnya. Hijab saya masih seadanya dan sesukanya, jeans ketat, kemeja ngepas body, kerudung pendek. Apa tuh namanya? jilboobs kali ya. Karena dikampus gak ada seragam, jadi gaya berpakaian cenderung lebih bebas dan jeans ketat menjadi primadona kala itu.

Tapi ada hal yang cukup bikin geli juga. Beberapa dosen gak memperbolehkan mahasiswa memakai jeans pada jam perkuliahan. Oke fine, saya ngalah dulu pake rok deh. Sudah ada kemajuan yaa.. Eits jangan senang dulu,, diluar mata kuliah dosen tadi saya tetap pake jeans ketat ( omaigaaatt dwiii...paraahh )

Belum selesai sampai disitu, masuk dunia kerja oohh...ternyata performance pun dituntut lebih. Lebih-lebih saya yang waktu itu ada di posisi frontliner. Berpenampilan semenarik mungkin sudah menjadi keharusan, tapi tetap harus sopan. Ini dulu style saya



Jalan 4 tahun masa kerja saya pelan-pelan merubah penampilan lagi. Ya bisa dibilang ke arah yang lebih baik. Alhamdulillah ya... Kenapa? Sederhana saja, ada banyak peristiwa berharga yang sudah berhasil saya lewati dan baru menyadari betapa Allah sangat murah hati. Saya mulai meninggalkan jeans ketat, kerudung pendek dan pakaian-pakaian yang dianggap kurang sopan. Rok kembali menjadi pilihan saya dan alhamdulillah mulai memanjangkan kerudung, yeeyyy mulai insaf..

Oiya ada satu hari, rekan kerja saya (laki-laki) pernah nyeletuk, "Wii, putihnya kakimu. Kaki aja putih apalagi yang lain ya." Ya Allah, saya malunya gak ketulungan. Kaki yang terlihat saja sudah memancing laki-laki untuk berpikiran macam-macam, apalagi yang lain. Sejak kejadian hari itu saya kapok dan berniat gak mau lagi melepas kaos kaki kecuali dirumah.

Tahun 2015 mulai ada keinginan untuk lebih taat lagi. Saya mulai memanjangkan kerudung lebih panjang dari sebelumnya dan belajar memakai dress panjang, gamis, atau pakaian longgar lainnya. Dibully? Pastinya iya.. Beberapa teman kantor dengan nada candaannya mengatakan kalau kerudung saya sudah seperti kelambu, gorden, seprei, dan lain-lain. Saya cuma bisa tersenyum, whatever lah yaa peduli amat saya. Saya pikir hijrah itu harus total, biar gak ada celah bagi syaitan untuk menggoda lagi. Saya ingat kalimat bunda Asma Nadia, "Jika muncul niat untuk melakukan lagi 1 ketaatan padaNya jangan tunda, karena belum tentu ada hari esok." Saya memerlukan komunitas atau lingkungan yang bisa support saya dengan perubahan ini. Jadilah saya resign dari kantor beberapa waktu lalu. Pada akhirnya saya merasa lebih nyaman dan aman seperti sekarang ini. 


Kendalanya cuma satu sih buat saya yang seorang biker, suka kesrimpet-srimpet.hehehe... Semoga Allah memudahkan rezeki untuk punya roda 4 biar gak kesrimpet-srimpet lagi deh. Aamiin... Bantu doa ya semoga saya istiqomah dan terus belajar hakikat hijab yang sesungguhnya.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway #HijabNyamandiHati di 




10 komentar:

  1. goodluck ya GAnya. semoga selalu istqomah :))

    BalasHapus
  2. masya Allah, menarik sekali storynya, istiqamah ya sayaaang.
    Allah kabulkan ( insya Allah ) mdptkn kendaraan yg dpt menambah kenyamanan kerja.
    Sertakan dlm doa tiap sholat, smoga makin bertambah ketaqwaan. Terimakasih artikelnya .. inspiring :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin insya Allah mkasih mba buat doanya :D

      Hapus
  3. Berhijab bukan pilihan, tapi kewajiban bagi muslimah, demi kebaikan dirinya di dunia dan akhirat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul... Saya percaya stiap muslimah memiliki proses masing2 menuju kewajiban itu termasuk saya :)

      Hapus
  4. hijrah itu harus total, biar gak ada celah bagi syaitan untuk menggoda lagi... kalimat ini mantap mbak..smoga tetap istiqomah mbak :)

    BalasHapus